FS.Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Rahmat Saleh menerima audiensi dari Raja Kabuntaran Talu, Kabupaten Pasaman Barat, Tuanku Bosa XV Ir H Jhonny ZA di Gedung DPR RI, Senin (5/5/2025).
Dalam pertemuan tersebut, kedua tokoh berdiskusi mendalam mengenai peluang pengembangan wilayah Talu melalui strategi pemberdayaan masyarakat berbasis potensi alam, budaya, dan ekonomi lokal.
Tuanku Bosa XV menggarisbawahi pentingnya peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan.
Menurutnya, wilayah Talu memiliki kekayaan alam dan sumber daya manusia yang belum tergarap optimal, terutama dalam sektor pertanian dan kehutanan.
“Kami melihat peluang besar untuk memajukan pertanian modern dan pengelolaan hutan lestari yang bisa memberi nilai tambah bagi masyarakat. Tapi masyarakat perlu didampingi, dibekali pengetahuan, dan diarahkan ke praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” katanya.
Ia menambahkan, selain aspek teknis, perlu juga dilakukan penguatan kelembagaan lokal agar masyarakat mampu mengorganisasi diri dan memperjuangkan kepentingan bersama.
Salah satu langkah strategis adalah membentuk dan membina kelompok-kelompok tani serta koperasi berbasis desa.
“Kami percaya, jika masyarakat bersatu dalam kelompok yang kuat dan produktif, maka perubahan nyata bisa dimulai dari bawah,” katanya.
Ia juga menyinggung soal pentingnya akses terhadap permodalan.
Banyak pelaku usaha kecil dan mikro di Talu yang memiliki semangat tinggi, namun masih menghadapi keterbatasan akses ke pembiayaan.
“Perlu jembatan antara masyarakat dan lembaga permodalan, baik dari pemerintah maupun mitra swasta, agar ide-ide usaha yang tumbuh di desa bisa berkembang dan berdaya saing,” jelas Tuanku Bosa.
Sementara itu, Rahmat Saleh menyampaikan dukungannya atas inisiatif pemberdayaan masyarakat yang disampaikan oleh Tuanku Bosa.
Dia menilai, pendekatan berbasis potensi lokal merupakan strategi yang tepat dalam membangun kemandirian desa.
“Pembangunan itu tidak selalu harus dari atas. Ketika masyarakat di tingkat akar sudah bergerak, tugas negara adalah membuka ruang dan memberikan dukungan nyata,” kata Rahmat.
Ia menyoroti pentingnya sektor pariwisata berbasis masyarakat yang saat ini mulai dilirik banyak daerah sebagai sumber pertumbuhan baru.
Menurutnya, wilayah Talu memiliki keunggulan dalam keindahan alam dan kekayaan budaya yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan.
“Kita mendorong agar masyarakat turut aktif dalam pengelolaan homestay, jasa pemandu lokal, serta produksi kerajinan tangan. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga pelestarian identitas dan kebanggaan lokal,” ujarnya.
Rahmat menambahkan, pengembangan pariwisata tidak boleh dilakukan secara instan, melainkan berbasis pendidikan dan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
Keberhasilan jangka panjang hanya dapat dicapai jika masyarakat memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga alam.
“Kita ingin pariwisata yang tumbuh tidak merusak, tapi justru menjaga dan menghidupkan kembali tradisi serta ekosistem,” katanya. “Kesadaran lingkungan perlu ditanamkan sejak dini sebagai bagian dari budaya.”
Rahmat berkomitmen untuk menjembatani aspirasi Raja Talu kepada mitra kerja di pemerintahan, termasuk kementerian dan lembaga teknis yang relevan.
Ia juga membuka kemungkinan untuk kunjungan langsung ke wilayah Talu guna melihat lebih dekat potensi dan kebutuhan nyata masyarakat.
“Kami siap menjadi bagian dari proses ini. Ini bukan sekadar wacana, tapi soal masa depan masyarakat yang ingin maju dengan tetap memegang nilai-nilai lokal,” tegas Rahmat. (hab/ikh)
No comments:
Post a Comment