Breaking News

Thursday, June 19, 2025

Danantara Bukan Sekadar Aset, Tapi Arah Baru Pembangunan


Oleh : Kevin Philip (Mahasiswa Ilmu politik, Universitas Andalas)


Fokussumatera.com
- Dalam lanskap kebijakan pembangunan Indonesia kontemporer, sangat jarang kita menemukan figur pejabat negara yang tidak hanya menjalankan fungsi administratif, tetapi juga menawarkan kerangka teoritis dan strategis pembangunan yang segar, relevan, dan menjangkau masa depan. Dony Oskaria, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Chief Operating Officer Danantara, adalah pengecualian yang patut dirayakan. Dalam kuliah umumnya di Universitas Andalas, Padang, pada Jumat, 13 Juni 2025, ia tidak sekadar menyampaikan pidato seremonial, tetapi mengajukan konsep strategis Triple Helix Baru yang bila diimplementasikan dengan serius, berpotensi mendefinisikan ulang arsitektur pembangunan nasional.

Sebagai putra asli Minangkabau, Dony Oskaria membawa misi pulang kampung yang jauh lebih substansial ketimbang sekadar nostalgia. Ia membawa gagasan besar: mengintegrasikan dunia akademik (universitas), sektor industri negara (BUMN), dan manajemen investasi strategis (Danantara) ke dalam satu tarikan nafas pembangunan. Ini bukan sekadar adaptasi dari teori Etzkowitz dan Leydesdorff tentang Triple Helix, melainkan pembaruan formatif yang berakar pada kebutuhan khas Indonesia sebuah negara yang tengah bergerak dari ketergantungan struktural menuju kedaulatan ekonomi nasional.

Konsep Triple Helix Baru ini menempatkan Danantara sebagai simpul strategis. Sebagai Badan Pengelola Investasi yang kini membawahi 888 BUMN, Danantara dalam visi Dony Oskaria tidak hanya menjadi pengelola aset, tetapi menjadi penggerak utama transformasi ekonomi. “Sektor-sektor baru akan tumbuh terutama dari hilirisasi, maka kampus harus merespon ini. Kami bertekad menjadikan Danantara sebagai motor pembangunan,” tegasnya dalam pemaparan yang sangat sistematis dan meyakinkan.

Konsep hilirisasi yang disampaikan Dony Oskaria juga tidak berhenti pada tataran konseptual. Ia menjelaskan bahwa melalui skema Danantara, Indonesia dapat secara mandiri mengelola dan memproyeksikan investasi pada proyek-proyek strategis tanpa terus bergantung pada modal asing. Dalam kerangka ini, hilirisasi bukan hanya sekadar industrialisasi tahap lanjut, melainkan suatu upaya geopolitik dan geoekonomi untuk memastikan bahwa nilai tambah dari sumber daya Indonesia tetap berada dalam ekosistem nasional.

Dalam narasi pembangunan seperti ini, universitas tidak lagi cukup hanya menjadi penonton akademik. Dony Oskaria secara eksplisit mendorong dunia kampus untuk melampaui batas-batas konvensionalnya. Kolaborasi dengan BUMN dan Danantara harus dibingkai dalam semangat co-creation, bukan subordinasi. Maka, penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Andalas dan Danantara dalam momen kuliah umum tersebut menjadi penegasan bahwa gagasan ini bukan sebatas retorika, melainkan sedang dibangun dalam kerangka kelembagaan yang konkret.

Dalam diskusi singkat saya bersama Bapak Dony seusai kuliah umum, ia menegaskan komitmen Danantara untuk tidak memandang mahasiswa hanya sebagai subjek pasif dari kebijakan negara, melainkan menjadikan mereka sebagai objek aktif dan strategis dalam proses pembangunan nasional. 

Ia bahkan menyampaikan bahwa Danantara sedang akan menyiapkan skema magang dan keterlibatan langsung bagi mahasiswa, sebagai bagian dari strategi regenerasi dan penguatan SDM nasional. Pernyataan ini bukan hanya mencerminkan keberpihakan, tetapi juga pemahaman mendalam tentang pentingnya membangun kontinuitas antara kampus dan dunia kebijakan.

Jika dirunut lebih jauh, konsep yang dibawa Dony Oskaria sejatinya adalah pemulihan terhadap ekosistem intelektual pembangunan yang selama ini terputus. Dunia kampus seringkali dikunci dalam menara gading teori, sementara dunia industri dan birokrasi berjalan dengan logikanya sendiri-sendiri. Triple Helix Baru hadir untuk menyatukan ketiganya dalam skema sinergis dan produktif. Di sinilah letak keunggulan kepemimpinan Dony Oskaria: mampu membayangkan masa depan dengan presisi teknokratis sekaligus eksekusi yang operasional.

Dari sisi filsafat pembangunan, gagasannya menyentuh akar dari apa yang disebut Amartya Sen sebagai capability approach  bahwa pembangunan bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang memperluas pilihan hidup manusia. Dan Dony menawarkan alatnya: Danantara, yang terintegrasi dengan kampus, BUMN, dan komunitas kebijakan.

Tidak berlebihan untuk menyebut bahwa Dony Oskaria hari ini adalah salah satu pemikir kebijakan paling progresif yang dimiliki Indonesia. 

Ia tidak hanya menguasai data dan strategi, tetapi juga memahami pentingnya membangun institusi, memperkuat legitimasi publik, dan mengundang keterlibatan kolektif dari semua pemangku kepentingan. Sebagai pejabat negara, ia mempresentasikan tipikal transformational leader yang lebih banyak bekerja di balik layar, tetapi menghasilkan jejak langkah yang besar dan berpengaruh.
 
Kerja sama dengan Danantara bukan hanya kesempatan teknis, tetapi tanggung jawab historis untuk mengambil peran dalam rekayasa masa depan bangsa. Dunia kampus mesti meninggalkan romantisme netralitas dan mulai ikut menata arah pembangunan nasional dengan basis data, inovasi, dan keberanian moral.

No comments:

Post a Comment

About Me


Bofet%2BHP
BOFET HARAPAN PERI JL. SAMUDRA No 1 KOMP. PUJASERA PANTAI PADANG
SELAMAT DATANG DI SEMOGA BERMANFAAT!