![]() |
Teks Foto: Penulis Warman |
Oleh: Warman
Makan Bergizi Gratis (MBG) Harus Di Evaluasi Ulang, sejalan dengan tuntutan BEM SI (Badan Exekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) itu. Tentunya penulis sangat sependapat dengan hal tersebut.
Banyak kasus yang ditemukan dalam program MBG ini, semenjak mulai dijalankan pada Februari lalu. Mulai dari temuan nasi, sayur dan buah basi, ada pula belatung di lauk hingga keracunan masal setelah konsumsi MBG.
Dikhawatirkan jika program MBG ini tidak dievaluasi secara menyeluruh, dari hulu hingga ke hilir. Nantinya malah menimbulkan persoalan baru, bukan makanan bergizi yang didapatkan malahan kerusakan organ pencernaan akibat keracunan.
Penulis berpandangan program MBG saat ini bersifat dadakan, tanpa perencanaan yang matang. Sehingga antara yang diatas kertas berbeda dengan pelaksanan dilapangan.
Perlu kita ingat kembali, beragam karakter dan suku serta sumber daya manusia yang berbeda disetiap kepala anak bangsa Indonesia. Sehingga cara berpikir dan pola kerja nya tentu berbeda pula. Orang Minang cara memasaknya berbeda dengan orang Batak, begitu pula orang Jawa mode pengolahan makanan tentu tidak sama dengan orang Timur.
Sumber Pangan Harus Diperhatikan:
Harus menjadi perhatian serius sumber pangan dari mana asalnya, jangan hanya sekedar mendapatkan saja. Dimana kebun sayur, sumber protein hewani/daging tempat pemotongan sangatlah diperhatikan, apalagi yang konsumsi muslim.
Makan siang gratis itu dikonsumsi oleh manusia, estafet generasi Bangsa kedepan. Pakan untuk hewan ternak saja diperhatikan dari mana sumbernya.
Hasil pengamatan, keracunan makan tersebut, biasanya disebabkan bakteri ekoli atau sumbar pangan yang terkontaminasi oleh zat kimia berbahaya lainnya.
Tempat pengolahan dimana lokasinya, siapa yang mengolah, mengemas, dan mendistribusikan ke sekolah Wajib mendapatkan pemantauan langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Jangan hanya sekedar terima laporan saja.
MBG di Negara Maju:
Di banyak negara maju seperti Finlandia, Jepang, Swedia, Amerika Serikat, dan Prancis, program makan siang gratis atau bergizi untuk siswa sudah lama diterapkan sebagai investasi pada kesehatan dan kecerdasan anak.
Program ini bervariasi dalam pelaksanaannya, seperti Finlandia menyediakan makan gratis untuk semua siswa usia 6-16 tahun, Jepang memiliki sistem di mana siswa juga ikut melayani, sementara di Amerika Serikat, program ini dikelola oleh USDA.
Brasil dianggap sebagai negara yang sukses menyelenggarakan program makan gratis di sekolah untuk lebih dari 40 juta anak setiap hari.
Tak hanya memperbaiki kualitas gizi anak, program ini juga meningkatkan ekonomi rumah tangga petani dengan mewajibkan minimal 30 persen anggaran untuk membeli bahan pangan dari petani lokal.
Brasil telah menyelenggarakan Program Pemberian Makanan Sekolah Nasional sejak tahun 1954. Negara itu rata-rata mengeluarkan 1,3 miliar dollar AS per tahun untuk program gizi siswa nasionalnya, yang dikenal sebagai Programa Nacional de Alimentação Escolar (PNAE).
Ada banyak laporan yang menyebutkan tentang keberhasilan Brasil menjalankan PNAE ini. Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyebutkan, keberhasilan program makan di sekolah Brasil sebagai percontohan untuk negara lain. (***)
No comments:
Post a Comment