![]() |
| H. Khaidir Ex. Dir Digital PT. Modern Fuji Film |
Oleh: Warman
Part II
Dengan tekad yang sudah bulat, di tahun 1981 Khaidir menginjakkan kaki di Kota Bogor. Bermodalkan sedikit uang dari kampung, dia menyewa sebuah rumah dan berjualan pakaian dalam di sebuah pasar.
Dari hasil untuk berdagang Khaidir bisa mengirim uang tiap bulan nya untuk orang tua di tanah kelahiran. Rp25.000 jumlah yang cukup besar di era 80 an.
"Ada dua tahun saya berdagang, sehingga pada suatu hari, teman satu kontrakan. Menyampaikan bahwa ada orang dari kampung ingin tinggal dikontrakan untuk sementara waktu dengan saya ,"kata Khaidir.
Karena merasa iba apalagi satu kampung halaman, serta sama-sama dirantau. Maka, Khaidir menampung orang itu dikontrakannya. Tidak berapa lama. Kejadian memilukan menimpa Khaidir, orang yang dia beri tumpangan tersebut malah menikam dari belakang.
"Ada dua tahun saya berdagang, sehingga pada suatu hari, teman satu kontrakan. Menyampaikan bahwa ada orang dari kampung ingin tinggal dikontrakan untuk sementara waktu dengan saya ,"kata Khaidir.
Karena merasa iba apalagi satu kampung halaman, serta sama-sama dirantau. Maka, Khaidir menampung orang itu dikontrakannya. Tidak berapa lama. Kejadian memilukan menimpa Khaidir, orang yang dia beri tumpangan tersebut malah menikam dari belakang.
"Sudah diberi tempat tinggal, makan dan minum secara cuma-cuma. Malah "Air Susu Dibalas Dengan Tuba" barang dagangan dan uang saya dibawa nya kabur. Satu-satunya yang tinggal hanya pakaian dibadan saja," kata dia mengisahkan.
Sejenak terpukau atas musibah yang dialaminya. Sehari kemudian pria muda yang masih lajang itu menyempatkan diri kembali ke pasar. Sambil mondar-mandir melihat orang yang sedang berjualan.
"Disaat itulah tiba-tiba ada orang cina, dari sebuah toko memanggil saya. Setelah dihampiri, cina ini bertanya. "Kenapa bolak-balik saja di pasar? Kata koko itu," ujar Khaidir mengingat.
Dia menjawab, "Barang dagangan dan uang saya dicuri orang kemarin di kontrakan sehingga tidak tahu lagi, apa yang akan diperbuat," kata Khaidir.
Orang cina itu terharu mendengar cerita Khaidir. Kemudian meminta dirinya untuk mencari sebuah toko yang bisa disewa di sekitar pasar tersebut.
Tentunya Khaidir terhenyak mendengar perkataan cina itu, dengan nada kaget dia menjawab," Saya tidak punya uang lagi, dari mana toko bisa disewa,".
"Cina itu malah menegaskan ,"Kamu cari saja dulu, soal sewanya nanti kita perhitungkan," sebut dia mengisahkan.
Mendengar perkataan cina yang dipanggil dengan sebutan Koko itu, dengan penuh semangat Khaidir mencari sebuah toko yang dapat di sewa, pada akhirnya dapatlah apa yang dicari. (*)
Sejenak terpukau atas musibah yang dialaminya. Sehari kemudian pria muda yang masih lajang itu menyempatkan diri kembali ke pasar. Sambil mondar-mandir melihat orang yang sedang berjualan.
"Disaat itulah tiba-tiba ada orang cina, dari sebuah toko memanggil saya. Setelah dihampiri, cina ini bertanya. "Kenapa bolak-balik saja di pasar? Kata koko itu," ujar Khaidir mengingat.
Dia menjawab, "Barang dagangan dan uang saya dicuri orang kemarin di kontrakan sehingga tidak tahu lagi, apa yang akan diperbuat," kata Khaidir.
Orang cina itu terharu mendengar cerita Khaidir. Kemudian meminta dirinya untuk mencari sebuah toko yang bisa disewa di sekitar pasar tersebut.
Tentunya Khaidir terhenyak mendengar perkataan cina itu, dengan nada kaget dia menjawab," Saya tidak punya uang lagi, dari mana toko bisa disewa,".
"Cina itu malah menegaskan ,"Kamu cari saja dulu, soal sewanya nanti kita perhitungkan," sebut dia mengisahkan.
Mendengar perkataan cina yang dipanggil dengan sebutan Koko itu, dengan penuh semangat Khaidir mencari sebuah toko yang dapat di sewa, pada akhirnya dapatlah apa yang dicari. (*)



SEMOGA BERMANFAAT!
No comments:
Post a Comment