![]() |
| H. Khaidir Ex. Dir. Digital PT. Modern Fuji Film |
Part I
Oleh : Warman
Hidup, Rezeki, Pertemuan dan Maut Merupakan Takdir Yang Sudah Di Gariskan Oleh Allah SWT. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Nya, Tinggal Menjalani Saja Dengan Ikhtiar dan Do'a.
Susah dan senang, miskin - kaya, raja dan rakyat jelata hanyalah sandiwara kehidupan yang harus kita jalani. Karena Masing-masing insan sudah ditetapkan kadarnya di Sijjin (Buku Catatan) 50 ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.
Sebuah cerita kehidupan dari
Korong. Toboh Durian. Nagari Toboh Gadang Kec. Sintuak Toboh Gadang, H. Khaidir seorang pria yang saat ini sudah berusia 65 tahun.
Kisah bermula saat dia, berusia 5 tahun. Disaat sudah masuk sekolah khaidir tidak mengenal Bapak nya. Karena Ibu dan ayah berpisah, saat Khaidir masih dalam ayunan.
"Setelah diberitahu tetangga satu kampung, "Dir itu ayah kamu Yang Sedang Duduk Di Warung Kopi". Sambil Menunjuk. baru saya tahu Laki-laki tersebut adalah ayah kandung saya,"ujar dia mengawali cerita.
Khaidir sendiri memiliki 3 saudara lainnya. Dia menceritakan begitu susah kehidupan 60 tahun yang lalu, di saat masih berusia 8 tahun. Harus putus sekolah. Karena mereka hanya dibesarkan seorang ibu tanpa ayah.
Bahkan untuk membeli beras mau dimakan besok, dia bersama ibu dan saudaranya harus menenun tikar dari pandan dimalam hari ditemani lampu minyak tanah dalam botol kaca.
"Itupun tidak mencukupi, masa pergolakan 1965, kita hanya dapat membeli beras Bulog. Yang bentuk dan rasanya sangat jauh berbeda dengan yang sekarang. Warna kecoklatan bentuk panjang seperti brasmati India, rasanya pahit ketika dimakan,"ujar Khaidir
Dia melanjutkan, bersekolah hanya sampai kelas 2 SD, meskipun demikian dia seorang juara kelas setiap menerima rapor semester. Setelah berhenti, bekerja mencari rumput untuk makan ternak.
Menginjak usia 15 tahun, Khaidir menambah pekerjaan. Sebagai buruh tani, membajak sawah nyambi jadi pengembala ternak orang, dengan cara bagi hasil.
Dari usah tersebut beberapa tahun Kemudian, dia berhasil mengumpulkan uang. Ditambah dengan menjual ternak yang dia gembalakan, terkumpullah uang sebanyak Rp 365 Ribu.
Sebagian uang itu dibelanjakan Khaidir untuk membeli sebuah sepeda kenamaan, ketika itu "Pireli". Selanjutnya, dia membawa ibunya yang kena penyakit katarak, untuk operasi mata di RS. Jati Padang.
"Dari sisa uang itulah, saya pergi merantau ke Bogor Jawa Barat. Dengan tekad kuat, meninggalkan kampung. Hanya satu yang ditanamkan dalam diri, "Hidup Sukses Dirantau, Atau Mati Pulang Nama," pungkas dia. (***)



SEMOGA BERMANFAAT!
No comments:
Post a Comment