![]() |
Rahmat Saleh |
FS.Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Rahmat Saleh menilai pengenalan dunia pertanian harus dimulai dari bangku sekolah, alias pelajar guna menciptkan petani muda.
Hal ini menurutnya perlu menjadi bagian penting dalam strategi ketahanan pangan jangka panjang.
Rahmat menyebutkan, regenerasi petani harus dimulai dari ruang-ruang pendidikan, bukan hanya melalui pelatihan teknis di lapangan.
“Anak-anak sekolah dan mahasiswa perlu diperkenalkan bahwa pertanian bukan sekadar cangkul dan tanah, tapi juga ilmu, teknologi, dan peluang usaha. Ini soal bagaimana kita membangun persepsi yang tepat sejak dini,” kata Rahmat di Jakarta, Senin (7/7/2025).
Menurut Rahmat, pertanian modern menuntut generasi muda yang memahami proses secara menyeluruh, dari hulu hingga hilir.
Dia menyarankan agar sekolah, termasuk perguruan tinggi di Sumatera Barat mulai mengembangkan pendekatan pembelajaran yang kontekstual dengan kondisi pangan dan pertanian daerah.
“Bukan sekadar teori di kelas, tapi pengalaman langsungm, seperti melalui proyek, kunjungan lapangan, atau kemitraan dengan petani. Dunia pendidikan bisa jadi gerbang awal membentuk petani muda yang tangguh,” ucapnya.
Dalam konteks ini, Rahmat mengapresiasi upaya Pemprov Sumatera Barat, khususnya Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura (Disbuntanhor), yang tengah menyiapkan program Brigade Pangan untuk melibatkan petani milenial dalam menjaga ketahanan pangan daerah.
Rahmat menilai, program tersebut bisa diperluas ke sekolah dan kampus melalui kolaborasi antarsektor.
“Kalau ingin anak muda tertarik ke pertanian, maka dunia pertanian harus hadir di lingkungan mereka. Kita harus buat pertanian sebagai topik yang menarik, membumi, dan relevan,” tambahnya.
Rahmat mendorong agar ekstrakurikuler di sekolah memberi ruang lebih besar untuk aktivitas pertanian, terutama dalam konteks wirausaha dan inovasi teknologi pangan.
Rahmat berharap pendekatan ini tidak bersifat sporadis, melainkan menjadi bagian dari kebijakan yang berkelanjutan.
Menurutnya pentingnya pendampingan, pembiayaan, dan pembukaan akses pasar agar generasi muda yang berminat tidak berhenti hanya di tahap ketertarikan.
“Kalau kita ingin kedaulatan pangan, kita tidak bisa hanya bicara soal lahan dan produksi. Kita harus bangun minat dan pengetahuan generasi baru agar siap mengambil peran. Dan itu dimulai dari sekolah dan kampus,” tutupnya. (red/ikh)
No comments:
Post a Comment